Artikel ini menganalisis lagu “Allergy,” sebagai track kedua dari mini album “I Feel” yang dinyanyikan oleh grup idola Korea Selatan, (G)I-DLE. Lagu ini mencerminkan perasaan ketidaknyamanan terhadap diri sendiri dalam dunia media sosial dan perbandingan yang sering terjadi. Analisis ini akan mencakup aspek musik, lirik, serta penggunaan bahasa dalam konteks sastra.
Pendahuluan
Lagu merupakan ekspresi seni yang kompleks, menggabungkan unsur-unsur musik dan lirik untuk menyampaikan pesan kepada pendengarnya. (G)I-DLE, sebagai salah satu grup idola populer, menciptakan lagu-lagu yang mencerminkan berbagai tema dalam kehidupan masyarakat modern.
Salah satunya adalah lagu “Allergy” yang mengeksplorasi perasaan tidak nyaman terhadap diri sendiri dan perbandingan dengan orang lain di era media sosial.
Analisis Musik Allergy (G)I-DLE
“Allergy” memiliki aransemen musik yang unik dengan sentuhan elektronik dan elemen pop yang khas. Ritme lagu ini cukup menggigit, dengan tempo yang bergerak cukup cepat. kemudian, penggunaan instrumen seperti synthesizer dan drum elektronik memberikan nuansa futuristik yang sesuai dengan tema lagu.
Harmoni vokal dari anggota (G)I-DLE juga memainkan peran penting dalam menciptakan suasana lagu yang kuat.
Analisis Lirik Allergy (G)I-DLE
Lirik lagu “Allergy” dalam lagu ini dapat menjadi beberapa bagian, dan masing-masing bagian mencerminkan aspek-aspek yang berbeda dari perasaan tokoh naratif terhadap diri sendiri dan lingkungan sosialnya.
Verse 1: Faceless Feed, Penampilan yang Tidak Memuaskan
Dalam bagian ini, lirik menggambarkan perasaan tokoh naratif terhadap dirinya sendiri yang merasa tidak puas dengan penampilannya. Frasa “Faceless feed” mengacu pada konten media sosial yang ada di balik tampilan wajah, menunjukkan perasaan tersembunyi dan tidak diakui.
Kemudian, ungkapan “ugly fit” merujuk pada perasaan tidak sesuai dengan standar kecantikan yang media sosial anut. Ini mencerminkan kekhawatiran akan penampilan fisik dan persepsi negatif terhadap diri sendiri.
Refrain: Ketidaksesuaian dengan Standar Sosial
Bagian Allergy ini menyoroti perbandingan tokoh naratif dengan norma-norma sosial yang ada. Frasa “Am I the only one without Chanel?” menunjukkan perasaan tidak sesuai dengan gaya hidup glamor yang media tampilkan.
Selanjutnya, “MZ hashtag, what the Y2K” mencerminkan perasaan ketinggalan zaman dan tidak mampu mengikuti tren. Tokoh naratif merasa tidak mampu mengejar standar yang generasi muda tetapkan saat ini.
Pre-Chorus: Rasa Tidak Suka Terhadap Diri Sendiri
Lirik Allergy bagian ini menggambarkan perasaan negatif dan ketidakpuasan tokoh naratif terhadap diri sendiri. Permohonan untuk “hate button” dan “like button” mewakili keinginan tokoh naratif untuk menerima pengakuan dan perhatian positif dari orang lain.
Kemudian, Frasa “Because I hate myself so much” dan “Because I wanna be loved” mengungkapkan konflik internal antara rasa tidak suka terhadap diri sendiri dan keinginan untuk diterima dan dicintai.
Chorus: Pembandingan dan Citra Diri
Bagian chorus Allergy menekankan perasaan tokoh naratif yang terus-menerus membandingkan seseorang dengan orang lain. Pertanyaan retoris seperti “Why ain’t I pretty? /Why ain’t I lovely? Why ain’t I sexy? Why am I me?” mencerminkan ketidakpastian dan ketidakpuasan akan citra diri.
Selanjutnya, ungkapan “She’s so pretty, yeah, so lovely, She got everything, why am I, not her?” menggambarkan perasaan keterbelakangan dan iri terhadap orang lain yang terasa lebih sukses atau menarik.
Verse 2: Ketidaknyamanan dalam Berbicara dan Bertindak
Bagian ini mencerminkan perasaan tidak nyaman tokoh naratif dalam berbicara dan bertindak. Frasa “But on the screen, I’d look like TOMBOY” menggambarkan ketidaksesuaian antara citra ekspektasi dan citra realita.
Kemudian, “What am I? Even my personality is not so good” mencerminkan keraguan terhadap kepribadian sendiri dan perasaan tidak cocok dengan norma-norma sosial.
Pesan dan Makna
Melalui analisis lirik lagu “Allergy,” dapat terlihat bahwa lagu ini secara mendalam menggambarkan perasaan ketidakpuasan terhadap diri sendiri, perbandingan dengan standar sosial, dan ketidaknyamanan dalam dunia media sosial. Bagian-bagian lirik yang berbeda mencerminkan perasaan-perasaan tersebut dalam berbagai konteks dan situasi.
Akhirnya, dengan menguraikan lirik lagu ini, kita dapat lebih memahami pesan dan emosi yang ingin (G)I-DLE sampaikan melalui lagu “Allergy.”
Analisis Sastra Allergy (G)I-DLE
Dalam aspek sastra, lagu “Allergy” bisa menjadi sebagai sebuah puisi modern. Penggunaan bahasa yang kuat dan emosional untuk menyampaikan perasaan tokoh naratif, serta penggunaan repetisi dalam bagian lirik seperti “Love me, love me, love me,” memperkuat pesan lagu.
Selanjutnya, penggunaan metafora seperti “mirror allergy” menggambarkan perasaan tidak nyaman terhadap citra diri yang tercermin dalam cermin.
Relevansi Lagu Allergy (G)I-DLE dengan Kehidupan Saat Ini
Lagu “Allergy” oleh (G)I-DLE memiliki relevansi yang kuat dengan kehidupan saat ini, terutama dalam era digital dan pengaruh media sosial yang semakin dominan. Lirik lagu menggambarkan perasaan ketidaknyamanan, ketidakpuasan terhadap citra diri, dan perbandingan yang sering muncul di dunia maya.
Dalam lingkungan di mana norma kecantikan dan gaya hidup semakin mendikte, lagu ini mencerminkan perasaan banyak individu yang merasa tidak sesuai atau standar sosial tidak akui.
Kemudian, media sosial sering memperkuat perasaan inadekuasi dan perbandingan yang merugikan kesehatan mental. Lagu Allergy menggambarkan konflik internal yang banyak orang alami ketika menghadapi tekanan untuk memenuhi citra yang standar.
Akhirnya, dengan mengangkat isu-isu ini, lagu “Allergy” menjadi suara bagi mereka yang merasakan dampak negatif media sosial terhadap persepsi diri dan kesejahteraan mental.
Oleh karena itu, lagu ini berbicara langsung kepada audiens saat ini, mendorong refleksi pada relasi kompleks antara diri sendiri dan media sosial, serta mendorong pengertian yang lebih mendalam tentang pentingnya self-acceptance dalam era modern yang terus berkembang.
Baca Juga: Queencard (G)I-DLE
Kesimpulan
Dalam lagu “Allergy” dari (G)I-DLE, perasaan ketidakpuasan diri dan perbandingan sosial di era media sosial diungkapkan dengan kuat. Lirik-lirik yang mendalam menghadirkan resonansi dengan audiens yang terjebak dalam standar kecantikan dan gaya hidup yang dijunjung.
Kemudian, lagu ini menjadi refleksi terhadap dampak negatif media sosial pada kesehatan mental dan pentingnya penerimaan diri.
Akhirnya, sebagai suara yang relevan dalam zaman ini, “Allergy” mengingatkan akan perlunya memahami dan mengatasi tekanan sosial, serta mendorong penyadaran tentang pentingnya mengembangkan rasa percaya diri dan menghargai diri sendiri.