Search

Mo Yan: Biobibliografi Penerima Nobel Sastra 2012

Mo Yan
Sumber Gambar: nobelprize.org

Mo Yan, seorang penulis terkenal asal Tiongkok, dianugerahi Penghargaan Nobel Sastra pada tahun 2012. Artikel ini akan menjelaskan perjalanan hidup Mo Yan, latar belakang keluarganya, pengaruh masa kecilnya, dan perjalanan kariernya dalam dunia sastra. Ia menghadapi banyak rintangan dan kontroversi selama kariernya, namun karyanya yang kuat dan kritik sosialnya akhirnya mendapatkan pengakuan dunia.

Pendahuluan

Mo Yan, yang lahir pada 25 Maret 1956, adalah seorang penulis Tiongkok terkenal yang mendapatkan Penghargaan Nobel Sastra pada tahun 2012. Ia berasal dari latar belakang keluarga petani dan memulai kariernya dalam dunia sastra dengan banyak rintangan. Namun, dengan tekad dan dedikasinya, ia berhasil mencapai prestasi yang sangat membanggakan. Artikel ini akan mengungkap perjalanan hidup dan kariernya, serta pengaruh masa kecilnya dalam karyanya.

Masa Kecil Mo Yan dan Keluarga

Mo Yan lahir dalam sebuah keluarga petani di Desa Ping’an, Provinsi Shandong, Tiongkok. Ia adalah anak termuda dari empat bersaudara dan tumbuh dalam keluarga yang memiliki lahan pertanian terbesar di desanya. Walaupun rumahnya sekarang menjadi tempat wisata dengan nama “Tempat Tinggal Mantan Mo Yan,” banyak hal tidak berubah sejak hari kelahirannya. Ia sering kali menggambarkan dua bangunan samping dan dua pohon di halaman yang sering muncul dalam novel-novelnya.

Masa Kecil yang Kelaparan

Masa kecil Mo Yan diwarnai oleh rasa lapar, dan ketika ia mengenang masa kecilnya, rasa lapar selalu muncul dalam ingatannya. Rasa lapar fisik mungkin bisa diatasi, tetapi rasa lapar akan kasih sayang adalah hal yang sulit untuk diatasi. Ia tidak disukai di desanya dan bahkan oleh keluarganya sendiri. Ia mengakui bahwa sikapnya yang malas dan mulutnya yang rakus membuatnya sulit dicintai. Namun, meskipun ia tidak disukai, ia memiliki bakat alami dalam menulis, terutama dalam pelajaran menulis di sekolahnya.

Pengalaman Keluar dari Sekolah

Mo Yan memutuskan keluar dari sekolah dasar pada usia yang sangat muda, sebelum ia bahkan lulus. Ia mulai bekerja dengan beternak hewan dan memotong rumput untuk produksi brigade setempat. Melihat teman-temannya bermain di halaman sekolah saat ia membawa hewan peliharaannya melewati gerbang selalu menyakitinya. Ia merasa seperti orang asing dan takut menjadi terbuang.

Pada masa itu, saatnya terus berlanjut dengan kampanye politik yang tak berujung, yang membuat banyak intelektual menjual teman-teman mereka, menyebarkan kebohongan yang tidak bermoral, dan melakukan tindakan yang merusak nama baik mereka.

Pergantian Hidup Mo Yan

Baginya, meninggalkan sekolah mungkin menjadi yang terbaik yang pernah terjadi dalam hidupnya. Ia menjadi terbiasa dengan kesendirian dan menghabiskan waktu bersama ternak dan berkeliling di padang rumput. Pengalaman ini membentuk rasa kagumnya terhadap alam dan memahami dunia binatang. Hal ini menjadi dasar dunia fiksinya.

Impian Masa Kecil Mo Yan

Ketika Ia menjalani pekerjaan penggembala, ia bermimpi tumbuh besar dengan fisik seperti lelaki terkuat di desanya. Ia ingin menjadi seseorang yang warga sekitarnya hormati. Impiannya melibatkan keterampilan seni bela diri dan membela yang lemah.

Ia sering mengunjungi seorang penduduk desa yang merupakan seorang ahli seni bela diri, seorang penutur cerita ulung, dan seorang praktisi teknik pijat penyembuhan.

Ia mencoba belajar seni bela diri tetapi lebih tertarik mendengarkan cerita-cerita sang ahli. Walaupun ia tidak memiliki fisik yang kuat, ia mendengarkan cerita-cerita yang luar biasa yang menjadi bahan untuk tulisannya.

Pilihan Pendidikan

Ayah Mo Yan merasa bersalah bahwa kelas sosialnya menghalangi haknya untuk menerima pendidikan. Ia memaksanya untuk meninggalkan sekolah dan memutuskan untuk mengirimnya ke sekolah menengah, meskipun usianya masih muda.

Mo Yan dengan cepat menguasai beberapa buku medis tradisional yang saudara laki-laki tertuanya miliki dan ia mendapat saran untuk mempelajari ilmu kedokteran Tiongkok dengan paman kakeknya.

Meskipun ia tidak belajar keterampilan medis dari pamannya, ia mendengarkan cerita-cerita yang menakjubkan yang menggambarkan pengalaman medis yang mengejutkan dan memahami bahwa seni kedokteran bisa melampaui kelas sosial.

Pencapaian Akademik Mo Yan

Mo Yan dengan cepat menghafal buku-buku medis yang terbatas tersebut dan menghabiskan waktu luangnya untuk memerhatikan paman kakeknya dalam mengobati pasien dengan ilmu kedokteran Tiongkok tradisional.

Meskipun latar belakang keluarga Mo Yan seharusnya menghambatnya untuk mencapai pendidikan lebih tinggi, tekadnya mengesankan sekolah di Tiongkok. Ia bahkan menulis surat kepada Menteri Pendidikan, yang membanggakan orang tuanya. Namun, situasi politik di Tiongkok pada saat itu menghalanginya untuk mengejar pendidikan lebih tinggi.

Unduh Pdfnya di sini

Karya Sastra dan Nama Penulis

Mo Yan pertama kali mencoba menulis ketika masih remaja dan memiliki hasrat untuk mengekspresikan pengalaman dan imajinasinya melalui kata-kata. Ia mengumpulkan catatannya dalam sebuah jurnal yang segera hilang dalam Revolusi Kebudayaan. Sebagai seorang penulis, Ia memutuskan untuk menggunakan nama pena setelah pengalamannya dalam Revolusi Kebudayaan.

Nama pena yang ia pilih, “Mo Yan,” adalah frase dalam bahasa Mandarin yang berarti “Tidak Bicara” atau “Omong Kosong.” Ini menjadi simbol perlawanan terhadap tindakan kekerasan dan pembungaan berlebihan yang ia saksikan selama Revolusi Kebudayaan.

Kontroversi

Karya-karya Mo Yan sering kali mengundang kontroversi. Banyak kritikus dan aktivis hak asasi manusia mengritiknya karena tidak cukup aktif dalam masalah politik Tiongkok dan terlalu dekat dengan pemerintah Tiongkok.

Meskipun ia menyatakan bahwa karyanya adalah kritik sosial yang halus terhadap Tiongkok dan bahwa ia mencoba untuk berbicara dengan cara yang lebih subtil daripada beberapa penulis lain, ia tetap menjadi sasaran kritik.

Salah satu karya terkenalnya, “Das Kapital” (1986), menggambarkan kehidupan di bawah kebijakan reformasi ekonomi di Tiongkok dan mengungkapkan banyak aspek negatifnya.

Penghargaan Nobel Sastra

Pada tahun 2012, Mo Yan menjadi pemenang Penghargaan Nobel Sastra, menjadikannya penulis Tiongkok kedua yang menerima penghargaan tersebut setelah Gao Xingjian. Nobel Committee menghargai karya-karyanya yang “dengan realisme halus menggabungkan cerita sejarah, dongeng, dan dunia pribadi.”

Ini adalah momen yang membanggakan dalam kariernya dan sebuah pengakuan atas kontribusi besar yang telah ia buat dalam dunia sastra.

Kesimpulan

Mo Yan adalah seorang penulis yang menghadapi banyak rintangan dalam hidupnya, mulai dari rasa lapar hingga kontroversi politik. Namun, ia berhasil mengejar hasratnya dalam menulis dan menjadi salah satu penulis terkenal Tiongkok yang mendapatkan pengakuan internasional. Karyanya menggabungkan elemen-elemen sejarah, dongeng, dan pengalaman pribadi, dan ia tetap menjadi salah satu tokoh sentral dalam dunia sastra Tiongkok.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Oleh Penulis