Candi Abang di Jogja adalah sebuah situs bersejarah yang terletak di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Dengan alamat 5FQ9+VF3, Blambangan, Jogotirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55573, candi ini menghadirkan warisan budaya yang tak ternilai di kawasan tersebut.
Kisah Megah Candi Abang: Jejak Sejarah dan Keunikan Arsitektur di Jogja
Keberadaan dan Lokasi Strategis
Candi Abang berdiri berdekatan dengan dua candi lainnya, yaitu Candi Banyunibo dan Candi Barong, di Dusun Candiabang, Kelurahan Jogotirto, Kecamatan Berbah, Sleman, Yogyakarta. Letaknya yang strategis juga dekat dengan Bandara Adisucipto, membuatnya mudah pengunjung untuk mengaksesnya.
Jejak Sejarah Pembangunan Candi Abang
Candi Abang di Jogja mengukir sejarahnya sejak abad ke-9 dan ke-10, masa pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno. Meskipun usianya lebih muda dibandingkan beberapa candi Hindu lainnya, kehadirannya tetap mempesona dalam keragaman warisan budaya Yogyakarta.
Arsitektur yang Memukau
Keunikan Candi Abang terletak pada bahan konstruksinya yang menggunakan batu bata berwarna merah, yang dalam bahasa Jawa disebut “abang.” Candi ini berbentuk segi empat dengan dimensi 36 meter x 34 meter. Sayangnya, sekarang banyak tumbuh rerumputan sehingga terlihat seperti gundukan tanah atau bukit kecil dari kejauhan.
Temuan Bersejarah di Dalam Candi
Dalam penemuan awal, Candi Abang di Jogja mengungkapkan arca dan alas yoni yang merupakan lambang dewa Siwa berbentuk segidelapan, berbeda dari umumnya yang berbentuk segi empat. Sisi-sisinya memiliki panjang sekitar 15 cm, menambah misteri seputar makna dan fungsi candi ini pada zamannya.
Tantangan Pelestarian Warisan Berharga
Sayangnya, sepanjang sejarahnya, Candi Abang sering dirusak dan digali oleh orang yang tidak bertanggung jawab dalam pencarian harta karun masa lalu. Insiden ini tercatat, salah satunya pada tahun 2002. Tantangan pelestarian situs ini menjadi penting agar warisan budaya ini dapat terus ada dan dapat menjadi pelajaran untuk generasi mendatang.
Jejak Sejarah Melalui Penemuan
Data arkeologis mencatat bahwa Candi Abang di Jogja telah runtuh dan hanya menyisakan tumpukan puing-puing. Dan lantai bekas ruangan saat beberapa peneliti mengunjunginya pada masa lalu. Prasasti yang ada pada tahun 1932 memuat angka tahun 794 Saka atau 872 Masehi, tetapi belum dapat di pastikan sebagai tahun pendirian Candi Abang.
Ekskavasi Penyelamata
Melalui upaya ekskavasi penyelamatan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2017-2018, bentuk dan denah luas bangunan Candi Abang mulai terkuak. Candi ini ternyata memiliki bentuk stupa, menguatkan dugaan bahwa Candi Abang adalah tempat ibadah bagi umat Buddha pada masa Mataram Kuno.
Candi Abang di Jogja menghidupkan kembali sejarah kuno yang kaya dan menawarkan pesona arsitektur yang unik. Pelestarian situs ini menjadi tanggung jawab kita bersama untuk menjaga kekayaan budaya yang tak ternilai harganya.
Melindungi Candi Abang: Peninggalan Berharga untuk Masa Depan
Dalam usaha pelestarian Candi Abang, penting bagi kita semua untuk berperan aktif dalam menjaga warisan budaya yang berharga ini. Dengan melindungi dan merawat Candi Abang, kita tidak hanya menghormati sejarah yang kaya, tetapi juga memberikan warisan yang tak ternilai kepada generasi mendatang. Mari bersama-sama menjaga Candi Abang agar tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas Jogja yang memukau.