Search

Semiotika Derrida: Linguis dan Perlawanan terhadap de Saussure

Semiotika Derrida
Sumber Gambar: pexels.com

Semiotika merupakan bidang studi yang mengkaji tanda-tanda dan makna dalam bahasa serta komunikasi manusia. Jacques Derrida, seorang ahli linguistik asal Prancis, muncul sebagai tokoh sentral yang memperkenalkan pandangan baru terhadap semiotika, yang berbeda dengan konsep-konsep yang Ferdinand de Saussure ajukan.

Artikel ini akan membahas pendekatan semiotika Jacques Derrida dalam konteks linguistik dan perlawanannya terhadap pandangan de Saussure, dengan fokus pada kata kunci “Semiotika Derrida.”

Pandangan de Saussure

Ferdinand de Saussure, seorang linguis Swiss, dikenal sebagai pencetus dasar-dasar linguistik modern. Salah satu konsep utama yang dia kemukakan adalah konsep tanda linguistik, yang terdiri dari unsur signifikan (bunyi) dan signifikat (konsep).

Pandangan ini mencerminkan prinsip dasar “prinsip arbitraritas,” yakni ide bahwa hubungan antara tanda dan maknanya bersifat konvensional dan tidak alami. Ini berarti bahwa tidak ada keterkaitan intrinsik antara tanda dan makna yang diwakilinya.

Pendekatan Linguistik Derrida dan Perlawanannya terhadap Konsep Saussure

Pendekatan Linguistik Derrida

Jacques Derrida, sebagai seorang ahli linguistik, mengajukan pendekatan yang menantang terhadap konsep-konsep tradisional dalam studi semiotika dan linguistik. Dalam karya-karyanya, seperti “Of Grammatology” (1967), Derrida menyajikan perspektif yang berbeda tentang tanda dan makna, yang berkontribusi pada evolusi pemahaman kita tentang bahasa.

Kritik Derrida terhadap Konsep Saussure

Derrida secara khusus mengkritik beberapa aspek konsep Ferdinand de Saussure, yang menjadi fondasi linguistik modern. Salah satu poin utama dalam perlawanannya adalah terhadap konsep “prinsip arbitraritas,” yang Saussure usung.

Prinsip ini menyatakan bahwa hubungan antara tanda (signifier) dan makna (signified) bersifat konvensional dan tak terkait alami.

Ketidakpastian dalam Makna

Dalam pendekatan dekonstruksinya, Derrida mengungkapkan ketidakpastian dalam makna tanda. Ia berpendapat bahwa makna tanda tidaklah stabil dan pasti. Sebaliknya, makna suatu tanda selalu tergantung pada konteksnya dan relasinya dengan tanda-tanda lain.

Ini melawan konsep Saussure tentang tanda yang memiliki makna yang tetap dan terlepas dari konteks.

Kritik terhadap Kesatuan Makna

Derrida juga menantang pandangan bahwa sebuah tanda memiliki makna yang konsisten dan tertutup. Ia berpendapat bahwa bahasa tidak dapat dibagi menjadi struktur yang baku dengan tanda-tanda yang memiliki makna yang telah ditetapkan sebelumnya.

Sebaliknya, tanda-tanda selalu dalam hubungan dinamis dan mengalami pergeseran makna sesuai dengan perubahan konteks dan interpretasi.

Baca Juga: Penerjemahan Sastra

Peran Tanda dalam Hierarki Semiotika Derrida

Konsep lain yang Derrida kritikd adalah hierarki antara tanda dan signifikat. Saussure menganggap signifikat (konsep) memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada signifier (bunyi). Namun, Derrida mengusulkan bahwa signifier dan signifikat memiliki hubungan yang kompleks dan tidak dapat dipisahkan secara tegas.

Ia mengajukan pandangan bahwa signifier juga dapat menjadi signified dalam konteks lain, mengaburkan pemisahan tegas antara keduanya.

Pendekatan linguistik Jacques Derrida menawarkan sudut pandang alternatif yang signifikan dalam studi semiotika dan linguistik. Perlawanannya terhadap konsep-konsep de Saussure, terutama dalam hal prinsip arbitraritas, stabilitas makna, struktur hierarkis, dan hubungan antara tanda dan signifikat, telah merangsang diskusi yang mendalam tentang sifat bahasa dan kompleksitasnya.

“Semiotika Derrida” mengajak kita untuk merenungkan kembali asumsi-asumsi konvensional tentang bahasa dan menggali lebih dalam dalam aspek-aspek yang sering kali terpinggirkan.

Dekonstruksi dan Karakteristik Ketidakpastian

Pendekatan dekonstruksi Derrida juga menyoroti ketidakpastian dalam bahasa dan teks. Ia berpendapat bahwa dalam bahasa lisan maupun tertulis, makna tidak pernah stabil. Setiap upaya untuk menetapkan makna suatu tanda justru membuka kemungkinan interpretasi yang beragam.

Ini menggoyahkan prinsip arbitraritas de Saussure yang mengatakan bahwa ada hubungan tetap antara tanda dan makna.

Kesimpulan

Pendekatan semiotika Jacques Derrida dalam konteks linguistik menghadirkan perspektif baru terhadap bahasa dan komunikasi. Melalui dekonstruksinya, Derrida mendorong kita untuk merenungkan ketidakpastian dalam bahasa dan kompleksitas makna di dalamnya.

Perlawanannya terhadap pandangan de Saussure, terutama mengenai prinsip arbitraritas, telah membuka jalan bagi sudut pandang alternatif dalam studi semiotika linguistik.

Terakhir, perdebatan antara Derrida dan de Saussure mencerminkan evolusi dalam studi bahasa dan semiotika. Kedua ahli ini memberikan wawasan berharga tentang bagaimana bahasa beroperasi sebagai sistem komunikasi, dengan pendekatan yang berbeda.

Namun, konsep “Semiotika Derrida” memberikan pemahaman yang mendalam tentang kompleksitas bahasa dan mendorong kita untuk mendekati aspek-aspek yang pasti dalam cara yang baru.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Oleh Penulis