Semiotika adalah studi tentang tanda dan maknanya dalam berbagai konteks, termasuk bahasa dan tanda-tanda lainnya. Salah satu tokoh penting dalam perkembangan semiotika adalah Charles Sanders Peirce, yang teori trikotomisnya menunjukkan bahwa semiosis, atau proses pembentukan makna tanda, melibatkan tiga tahapan. Teori Peirce kemudian Charles William Morris perluas dan kembangkan, yang menambahkan dimensi pragmatis ke dalam semiotika. Artikel ini akan mengulas konsep semiotika Charles Morris dengan menggali perbedaan dan persamaan dengan teori Peirce serta menjelaskan komponen-komponen semiosis yang Morris usung.
Semiotika Charles Sanders Peirce
Sebelum membahas kontribusi Charles Morris, penting untuk memahami pandangan Charles Sanders Peirce tentang semiotika. Peirce mengajukan teori trikotomis, yang menguraikan tiga tahapan dalam proses semiosis. Tahap pertama adalah representamen, yaitu tanda yang merujuk pada sesuatu di dunia nyata. Kedua adalah object, yang merupakan objek yang oleh tanda tersebut presentasikan. Tahap ketiga adalah interpretan, yaitu interpretasi atau pemahaman yang terjadi dalam pikiran manusia berdasarkan representamen tersebut.
Hal yang menarik dari teori Peirce adalah bahwa semiosis bisa terus berlanjut tanpa akhir, karena interpretan dari suatu tanda dapat menjadi representamen baru yang merujuk pada objek lain, dan proses semiosis akan berulang terus menerus. Peirce menyebut fenomena ini sebagai unlimited semiosis.
Charles William Morris: Perluasan Semiotika Pragmatis
Charles William Morris mengembangkan dan memperluas teori semiotika pragmatis Charles Peirce. Morris menyamakan semiotika dengan studi tentang tanda, yang mencakup berbagai aspek tanda termasuk bahasa dan tanda-tanda yang berasal dari makhluk hidup lainnya. Ia menegaskan bahwa semiotika bukan hanya tentang manusia, tetapi juga tentang perilaku tanda pada makhluk hidup lainnya.
Dalam bukunya “Sign, Language, and Behavior,” Morris memberikan dua contoh untuk menjelaskan perilaku tanda. Pertama, suara bel adalah tanda yang menunjukkan makanan bagi anjing. Kedua, kata-kata seorang navigator kepada pengemudi adalah tanda-tanda yang menunjukkan kondisi jalan di depan. Dengan demikian, Morris menunjukkan bagaimana tanda mengarahkan perilaku dengan mengindahkan sesuatu yang bukan stimulus pada saat itu.
Komponen Semiosis dalam Pandangan Semiotika Morris
Charles Morris mengidentifikasi tiga komponen utama dalam proses semiosis, yang menggambarkan bagaimana tanda membentuk makna dan mempengaruhi perilaku. Ketiga komponen ini secara konseptual mirip dengan teori trikotomis Peirce, tetapi Morris memberikan sebutan yang berbeda untuk masing-masing komponen ini:
Sign Vehicle (representamen): Ini adalah peristiwa atau objek tertentu, seperti suara atau tanda, yang berfungsi sebagai tanda.
Designatum (object): Designatum adalah tanda yang menandakan karakteristik atau sifat-sifat stimulus dari objek-stimulus. Dalam konteks bahasa, designatum dapat merujuk pada kata yang menunjukkan benda atau konsep di dunia nyata.
Interpretant (interpretan atau interpreter): Interpretant adalah sesuatu yang tercipta dalam kognisi interpreter atau penafsir sebagai tanggapan terhadap suatu tanda. Ini mencerminkan pemahaman atau interpretasi subjektif yang muncul dalam pikiran seseorang setelah menerima tanda.
Komponen semiosis ini bersifat saling terkait dan berlaku dalam konteks hubungan tiga pihak: sign vehicle (representamen) merujuk pada designatum (object), dan interpretant (interpretan) muncul sebagai hasil dari hubungan antara keduanya. Morris juga menyatakan bahwa interpretant dapat mengarah pada “urutan tanggapan dari beberapa behavior family,” yang mengisyaratkan bahwa satu tanda dapat memicu serangkaian perilaku yang kompleks.
Tiga Dimensi Semiotik Charles William Morris
Morris mengidentifikasi tiga bentuk relasi yang merupakan tiga dimensi semiotika yang disebut sebagai relasi diadik. Dimensi-dimensi ini memperjelas hubungan antara komponen-komponen semiosis yang telah ada sebelumnya.
Pertama, relasi antara sign vehicle dan tanda-tanda lain disebut sebagai dimensi sintaksis semiosis dan studi tentang aspek ini disebut syntactics. Dimensi ini menyoroti bagaimana tanda-tanda berhubungan satu sama lain secara formal dan struktural.
Kedua, hubungan antara sign vehicle dan designatum atau denotatum disebut sebagai dimensi semantis semiosis dan studi tentang dimensi ini disebut semantics. Dimensi ini menitikberatkan pada penerjemahan makna dan referensi tanda-tanda terhadap objek atau benda dalam dunia nyata.
Ketiga, relasi antara sign vehicle dan interpretant disebut sebagai dimensi pragmatis semiosis dan studi tentang dimensi ini disebut pragmatics. Dimensi ini menggambarkan bagaimana tanda-tanda mempengaruhi perilaku dan tindakan pembaca atau penafsir tanda.
Dengan demikian, tiga dimensi semiotika Morris ini secara komprehensif mencakup aspek formal dan struktural tanda-tanda (syntactics), pemaknaan dan referensi tanda-tanda (semantics), serta dampak dan konsekuensi penggunaan tanda-tanda dalam konteks sosial dan komunikatif (pragmatics). Keseluruhan dimensi ini bekerja bersama-sama dalam proses semiosis, yang membantu mengurai kompleksitas dan dinamika makna dalam komunikasi manusia dan makhluk hidup lainnya.
Kesimpulan
Semiotika Charles Morris merupakan pengembangan penting dari teori semiotika pragmatis Charles Sanders Peirce. Morris memperluas cakupan semiotika untuk meliputi makhluk hidup lainnya selain manusia.
Morris menguraikan komponen-komponen semiosis yang mencakup sign vehicle (representamen), designatum (object), dan interpretant (interpretan atau interpreter). Konsep-konsep ini membantu kita memahami bagaimana tanda membentuk makna dan berpengaruh pada perilaku. Semiotika Morris tetap relevan dan penting untuk memahami kompleksitas komunikasi dan pemahaman makna dalam berbagai konteks.