Tomas Tranströmer, seorang penyair Swedia yang mendapatkan Nobel Sastra pada tahun 2011, lahir pada tanggal 15 April 1931 sebagai anak dari Gösta dan Helmy, yang sebelumnya bernama Westerberg. Meskipun menghadapi perceraian orang tuanya pada usia tiga tahun, Tomas tumbuh besar di Stockholm bersama ibunya, seorang guru.
Mereka sering menghabiskan musim panas di stasiun pilot kakek maternalnya di pulau Runmarö di kepulauan Stockholm. Lingkungan ini menjadi titik awal penting dalam karyanya, terutama dalam puisi “Östersjöar” (Baltics, 1975).
Di sini, di antara pulau-pulau kecil dan karang, dia mulai tertarik pada geografi dan ilmu pengetahuan, terutama entomologi. Karena hobinya mengumpulkan serangga, sekarang ada serangga yang Ia namai sesuai dengan namanya: Mordellistena transtroemeriana.
Pendidikan dan Perjalanan Tomas Tranströmer
Sebagai seorang remaja, Tranströmer mengembangkan minat seni, terutama musik dan puisi. Ia mulai memainkan piano dan menerima publikasi puisi pertamanya di majalah-majalah mahasiswa pada akhir 1940-an. Setelah menyelesaikan sekolah menengah, Tranströmer melanjutkan studi dalam sejarah sastra, sejarah agama, dan psikologi di Universitas Stockholm.
Selama tahun 1950-an, ia bekerja di Institut Psikometrik di Universitas Stockholm, kemudian sebagai seorang psikolog di Roxtuna di luar Linköping, fasilitas koreksi pemuda, dan selama tahun 1965 hingga 1990 sebagai seorang psikolog di Institut Pasar Tenaga Kerja di Västerås.
Ia juga melakukan berbagai perjalanan ke berbagai negara, termasuk Islandia, Yugoslavia, Yunani, Italia, Maroko, Portugal, Spanyol, dan Mesir.
Pada tahun 1958, Tranströmer menikahi Monica, yang kemudian menjadi Monica Bladh. Mereka memiliki dua putri, Emma dan Paula, yang lahir pada tahun 1961 dan 1964.
Karya Puisi Tomas Tranströmer dan Pengakuan
Dengan debut bukunya, “17 dikter” (17 poems) pada tahun 1954, Tranströmer menjadi penyair Swedia terkemuka dari generasinya. Ia telah mengembangkan bahasa yang khas, seperti metafora yang tajam, mistisisme alam, musikalitas, ketatnya bentuk, dan ungkapan alami. Kualitas-kualitas ini terus muncul dalam karya-karyanya selanjutnya.
Puisinya terus mendekati misteri eksistensi dengan judul-judul seperti “Hemligheter på vägen” (Secrets Along the Way, 1958), “Den halvfärdiga himlen” (The Half-Finished Heaven, 1962), dan buku terbarunya, “Den stora gåtan” (The Great Enigma, 2004). Ketertarikannya pada apa yang sebenarnya tak bisa diungkapkan merupakan dorongan untuk mencari konkrit dalam puisi.
Tranströmer menjelajahi kompleksitas identitas manusia dan membangun jembatan antara alam, kosmos, dan dunia mati dalam puisinya. Namun, puisi-puisinya tidak pernah mengikuti pola yang terstruktur atau mengungkapkan dengan keras.
Puisinya adalah afirmasi yang tenang, namun tetap merupakan bentuk perlawanan terhadap kekuasaan, pasar, dan klise media. Terutama mulai tahun 1960-an, puisinya memasukkan motif sosial dan masyarakat.
Unduh Pdfnya di sini
Perkembangan Tomas Tranströmer Selanjutnya
Pada tahun 1990, Tranströmer mengalami stroke yang mengakibatkan lumpuh pada sisi kanan tubuhnya dan hampir kehilangan kemampuan berbicara. Meskipun menghadapi hambatan ini, ia terus menulis puisi, bahkan lebih fokus pada bentuk puisi yang lebih pendek seperti haiku.
Ketertarikan seumur hidupnya pada musik juga tetap mendalam setelah stroke, dan beberapa komposer telah mengilhami karyanya dan menggubah musik untuk puisinya.
Antara tahun 1965 dan 2000, Tranströmer tinggal di Västerås, Swedia, di mana Pemerintah Kota Västerås mendirikan Penghargaan Tranströmer yang memberikan penghargaan untuk penulisan puisi yang luar biasa. Sejak tahun 2000, ia telah kembali ke kota kelahirannya, Stockholm.
Pengaruh Internasional
Pengaruh dan reputasi internasional Tomas Tranströmer telah terus berkembang sejak terjemahan karyanya mulai terbit pada tahun 1960-an. Kini, karyanya dapat pembaca nikmati dalam sekitar enam puluh bahasa berbeda.
Salah satu kontributor penting dalam mengenalkan dan menerjemahkan karyanya adalah temannya, penyair Amerika Robert Bly. Kedua penyair ini saling menginterpretasikan karya satu sama lain, dan banyak korespondensi mereka telah diterbitkan dalam buku “Air Mail” pada tahun 2001.
Kesimpulan
Tomas Tranströmer, seorang penyair Swedia yang mendalam dalam pemikiran dan penciptaan puisi, telah memenangkan Nobel Sastra pada tahun 2011. Kehidupannya yang penuh warna, minatnya pada alam, musik, dan perjalanan, serta dedikasinya pada penyairan dan karya sastra membuatnya menjadi salah satu penyair terkemuka Swedia.
Meskipun menghadapi cobaan berupa stroke yang memengaruhi kemampuannya, ia terus berkarya dalam bentuk puisi yang singkat. Karyanya telah mendunia dan diterjemahkan dalam banyak bahasa, menjadikannya salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sastra kontemporer.