Search

Film Perjuangan Kemerdekaan: Wajib Ditonton Saat Agustus!

Film Perjuangan Kemerdekaan

Film Perjuangan Kemerdekaan selalu istimewa. Setiap tahunnya, bulan Agustus selalu menjadi waktu yang istimewa bagi Bangsa Indonesia. Bulan ini penuh dengan segala hal yang berhubungan dengan perjuangan dan kemerdekaan.

Semangat perjuangan para pahlawan begitu kental bagi seluruh rakyat Indonesia. Semangat ini baik dalam menghadapi berbagai konflik jelang maupun pasca Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945

Tak terkecuali dunia perfilman yang juga ikut merayakan momen ini dengan menghadirkan sejumlah film bertema perjuangan kemerdekaan yang penuh inspirasi.

Film Perjuangan Kemerdekaan
Sumber Gambar: kalderanews

November 1928

Pertama, film yang mengangkat tema perjuangan kemerdekaan adalah “November 1928” yang sutradaranya oleh Teguh Karya. Film ini mengisahkan tentang perlawanan penduduk desa di Jawa melawan pemerintahan penjajahan Hindia Belanda. Mengangkat kisah nyata dan semangat perjuangan yang menggetarkan, film “November 1928” berhasil meraih 7 penghargaan dalam Festival Film Indonesia 1979.

Janur Kuning (1979)

Selanjutnya, Film “Janur Kuning” menggambarkan kisah heroik perjuangan Indonesia dalam merebut kemerdekaan yang telah direbut oleh pasukan sekutu. Cerita ini mengikuti perwira muda, Letkol Soeharto, yang berusaha meyakinkan Jenderal Sudirman untuk kembali ke Yogyakarta dalam memimpin perlawanan. Film “Janur Kuning” juga mendapatkan pengakuan dan masuk nominasi Piala Citra dalam kategori Aktor Pendukung Terbaik.

“Doea Tanda Mata” (1985)

Film “Doea Tanda Mata” mengisahkan tentang perjuangan dua perwira dengan latar belakang yang berbeda namun bersatu dalam perjuangan untuk kemerdekaan. Produksi film ini dilakukan oleh Cinema Delapan dan Benoa, dengan Alfani Wiryawan sebagai produser. Dalam proses pembuatannya, tim produksi melakukan riset yang mendalam. Berbagai upaya demi menggali informasi tentang kehidupan dan kegiatan di Akademi Militer (Akmil) Magelang pada masa tersebut.

Tjoet Nja Dhien (1988)

Kemudian, ada film Tjoet Nja Dhien. Film ini merupakan kisah biografi mengenai perjuangan seorang wanita dari Aceh yang bernama Tjoet Nja Dhien. Film ini mengisahkan perjuangan Tjoet Nja Dhien dalam melawan penjajahan Belanda selama masa perang Aceh. Kisah epik ini berhasil memenangkan Piala Citra sebagai Film Terbaik dalam Festival Film Indonesia 1988. Film tersebut menjadi pengakuan atas nilai artistik dan sejarahnya yang penting. Bahkan, baru-baru ini, film ini telah direstorasi di Belanda. Film ini kembali diputar di bioskop untuk mengenang perjuangan heroik Tjoet Nja Dhien.

Merah Putih (2009)

Merah Putih (2009) adalah sebuah karya sinema yang menggambarkan semangat perjuangan dalam kolaborasi rumah produksi nasional dan internasional. Penonton diajak merenungkan kembali peristiwa Agresi Militer Belanda 1 yang terjadi pada tahun 1947. Menghadirkan penampilan apik dari para aktor utama, di antaranya Lukman Sardi, Donny Alamsyah, Teuku Rifnu, Zumi Zola, dan Darius Sinathrya. Film ini menjadi bagian pertama dari trilogi film bertema perjuangan lainnya, termasuk Darah Garuda (2010), dan Hati Merdeka (2011).

Darah Garuda (2010)

Darah Garuda adalah bagian kedua dari trilogi film Merah Putih yang dirilis pada tahun 2010. Film sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1947. Yakni, saat peristiwa Agresi Militer Belanda I yang menyerang pemerintahan Republik Indonesia di Jawa Tengah.

Kisah berfokus pada sekelompok kadet yang berhasil selamat dari pembantaian oleh tentara Belanda dan kemudian menjalin persahabatan yang erat. Bersama-sama, mereka bergabung dalam perjuangan sebagai tentara gerilya di pedalaman, berjuang melawan penjajah yang ingin menguasai tanah air mereka.

Namun, perjalanan perjuangan mereka tidaklah mudah. Konflik internal sering kali mempengaruhi upaya mereka untuk menyatukan langkah dalam memerdekakan Indonesia. Perbedaan sifat, status sosial, etnis, budaya, dan agama memunculkan berbagai tantangan yang harus mereka hadapi bersama.

Tentu saja, film Darah Garuda, menghadirkan cerita haru nan menginspirasi. Semangat juang para pejuang kemerdekaan yang tidak pernah menyerah untuk mencapai kemerdekaan bangsa. Film ini menggambarkan betapa beratnya perjuangan dan pengorbanan yang dilakukan para pahlawan bangsa dalam memperjuangkan hak kemerdekaan Indonesia. Melalui drama yang mendalam, film ini mengajarkan nilai-nilai persatuan, kebersamaan, dan semangat juang yang menjadi ciri khas perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Sang Pencerah (2010)

Selanjutnya, film Sang Pencerah merupakan karya film dari sutradara berbakat, Hanung Bramantyo. Film ini mengisahkan kisah nyata perjuangan KH Ahmad Dahlan. Tokoh pendiri Muhammadiyah, dan menjadi pilihan yang tepat untuk memperingati Dirgahayu Kemerdekaan Republik Indonesia.

Kisah ini dimulai ketika KH Ahmad Dahlan kembali dari Mekkah dan menyaksikan kelirunya pelaksanaan ajaran agama oleh warga kampungnya. Selain memperbaiki ajaran yang salah, ia juga terlibat dalam konflik berulang dengan pihak Belanda. Pihak Belanda berperan merusak ajaran Islam di daerah tersebut.

Film ini menampilkan kepiawaian aktor Lukman Sardi dalam peran KH Ahmad Dahlan. Selain itu, para aktor papan atas. Seperti Yati Surachman, Giring Ganesha, Zaskia Adya Mecca, dan Sujiwo Tejo juga ikut berperan dalam film ini. Sang Pencerah adalah cerita inspiratif tentang semangat perjuangan dan pengabdian tokoh agamawi yang menginspirasi generasi masa kini.

Hati Merdeka (2011)

“Hati Merdeka” merupakan sekuel ketiga setelah “Merah Putih” dan “Darah Garuda” yang melanjutkan perjuangan kemerdekaan dengan fokus pada kisah Amir (Lukman Sardi) dan teman-temannya. Dalam film ini, Amir mengambil keputusan untuk mengundurkan diri dari Angkatan Darat, meninggalkan para kawannya yang merasa kehilangan sosok pemimpin yang berpengaruh.

Peran sebagai pemimpin baru pun jatuh pada Tomas (Donny Alamsyah). Film ini menyajikan pertempuran berani antara para tentara di Bali dengan pasukan Kolonel Raymer yang menjadi tantangan tersendiri dalam perjuangan kemerdekaan.

Dalam “Hati Merdeka,” para penonton akan dihadapkan pada suasana perjuangan dan semangat patriotisme yang tinggi. Film ini menggambarkan dengan luar biasa betapa pentingnya persatuan dan keberanian dalam menghadapi musuh yang kuat demi mencapai kemerdekaan bangsa. Dalam keadaan yang penuh tantangan, para pahlawan kemerdekaan menunjukkan keteguhan hati dan semangat yang tidak tergoyahkan demi meraih kemerdekaan Indonesia.

Soegija (2012)

Film Perjuangan Kemerdekaan berikutnya yang dapat kita bahas adalah “Soegija,” yang dirilis pada tahun 2012. Film ini menggambarkan peristiwa-peristiwa bersejarah yang terjadi selama masa perang kemerdekaan Indonesia dari tahun 1940 hingga 1949.

Ceritanya berfokus pada sosok Soegija, uskup pribumi pertama di Gereja Katolik Indonesia, yang berjuang dengan gigih untuk menyatukan kembali kisah-kisah cinta dari keluarga besar manusia yang terluka akibat kekerasan perang dan kematian.

Soegija berusaha untuk berperan aktif di semua tingkatan, baik dalam politik lokal, nasional, maupun internasional. Keterlibatannya yang aktif dalam upaya menyatukan bangsa ini mendapat penghargaan dari Presiden Soekarno, yang memberikan gelar Pahlawan Nasional sebagai penghormatan atas dedikasinya.

Moco Inilah Film Rilisan Agustus 2023!

Sang Kiai (2013)

Film berikutnya yang mengangkat tema perjuangan kemerdekaan adalah “Sang Kiai.” Dirilis pada tahun 2013, film ini mengambil latar belakang pada masa penjajahan Jepang pada tahun 1942.

“Sang Kiai” mengisahkan tentang masa di mana pengibaran bendera merah putih dan pemutaran lagu Indonesia Raya dilarang oleh pihak Jepang yang menjajah. Masyarakat Indonesia juga dipaksa untuk melakukan Sekerei, yaitu tindakan menghormati bendera Jepang.

Tokoh agama besar pada saat itu, KH Hasyim Asyari yang diperankan oleh Ikranagara, menolak untuk melakukan Sekerei karena bertentangan dengan keyakinan agama Islam yang mengajarkan bahwa umat hanya boleh menyembah Allah SWT.

Aksi berani KH Hasyim Asyari ini berakibat pada penangkapannya oleh pihak Jepang. Salah satu santrinya, Harun (diperankan oleh Adipati Dolken), mengumpulkan kekuatan santri lainnya untuk melakukan aksi demonstrasi guna menuntut kebebasan KH Hasyim Asyari. Namun, cara tersebut justru berdampak pada korban yang jatuh.

Selain Ikranagara dan Adipati Dolken, film ini juga menampilkan Bung Toni, Agus Kuncoro, Dimas Aditya, Christine Hakim, dan aktor serta aktris lainnya.

Dalam “Sang Kiai,” penonton akan menikmati potret bersejarah yang memperlihatkan perjuangan dan pengorbanan tokoh-tokoh penting pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia. Kisah ini menggambarkan semangat juang dan keberanian para pahlawan dalam mempertahankan kemerdekaan negara dari penjajahan. Film ini mengajarkan pentingnya nilai-nilai keberagaman dan kebebasan beragama serta semangat untuk memperjuangkan hak-hak asasi manusia. Dengan pemeranan yang kuat dan pengambilan gambar yang mendalam, “Sang Kiai” berhasil menjadi film yang menginspirasi dan menggugah semangat patriotisme dalam diri penontonnya.

Soekarno: Indonesia Merdeka (2013)

Pada tahun 2013, rilis sebuah film bertema kemerdekaan yang berjudul “Soekarno: Indonesia Merdeka”. Film ini menampilkan aktor Ario Bayu yang menghayati peran Soekarno dan Lukman Sardi sebagai Moh Hatta.

“Soekarno: Indonesia Merdeka” menjadi film yang sangat tepat untuk ditonton menjelang Hari Ulang Tahun Republik Indonesia, karena mengisahkan tentang kehidupan Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno, sejak masa kecilnya. Film ini memaparkan kisah pria bernama Kusno yang sering kali mengalami sakit, sehingga kedua orang tuanya memutuskan untuk mengubah namanya menjadi Soekarno.

Dalam film ini, penonton akan penuh kenyang suguhan dengan pidato-pidato historis nan penuh semangat dari Soekarno. Sutradarai Hanung Bramantyo ini menghadirkan detail-detail penting mulai dari peristiwa pengasingan Soekarno hingga momen penting proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Jenderal Soedirman (2015)

Mengangkat tema kemerdekaan dan pahlawan, tak ada sosok yang pas dalam percakapan kecuali menutur sosok Jenderal Besar Soedirman. Anda dapat menyimak perjuangan beliau melalui film berjudul sama ini.

Film “Jenderal Soedirman” mengisahkan tentang perjalanan Jenderal Soedirman saat memimpin pasukan perang gerilya untuk mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Bintang fiilm yang rilis pada tahun 2015 ini antara lain Adipati Dolken, Ibnu Jamil, Mathias Muchus, Baim Wong, dan Nugie.

Kisah Jenderal Soedirman berkutat saat berperang dengan semangat meskipun menderita penyakit paru-paru. Ia menjadikan Jawa sebagai medan perang gerilya yang luas.

Perjuangan Jenderal Soedirman mengakibatkan Belanda kehabisan logistik dan waktu. Kemanunggalan antara TNI dan rakyat akhirnya memenangkan perang tersebut.

Guru Bangsa Tjokroaminoto (2015)

Film yang mengangkat tema Kemerdekaan Indonesia selanjutnya adalah “Guru Bangsa Tjokroaminoto” yang rilis pada tahun 2015. Cerita dalam film ini berfokus pada perjuangan Oemar Said Tjokroaminoto (Reza Rahadian) yang tak tinggal diam melihat kondisi kemiskinan rakyat dan kesenjangan sosial setelah masa Tanam Paksa dan awal Politik Etis pada sekitar tahun 1900.

Tjokroaminoto berani meninggalkan status kebangsawanan dan memilih menjadi kuli pelabuhan. Ia memulai perjuangannya dengan mendirikan organisasi Sarekat Islam, organisasi bumiputera pertama yang resmi dan terbesar saat itu, dengan anggota mencapai dua juta orang.

Perjuangan Tjokroaminoto kemudian meluas untuk menyamakan hak dan martabat masyarakat bumiputera yang sedang terjajah. Kiprahnya menjadi tonggak penting dalam munculnya tokoh-tokoh dan gerakan kebangsaan yang akan mengawal perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia.

Battle of Surabaya (2015)

Battle of Surabaya adalah sebuah karya sinematik yang mengangkat tema tentang perjuangan kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan animasi. Film ini secara khusus mengisahkan peristiwa pertempuran 10 November di Surabaya sebagai latar belakang ceritanya.

Dalam Battle of Surabaya, dengan tokoh utama, Musa, seorang tukang semir sepatu yang ikut berjuang dan berperan sebagai kurir bagi para arek-arek Suroboyo dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Meskipun film ini termasuk dalam kategori fiksi, namun ceritanya berhasil menggambarkan sosok Musa yang terlibat dalam situasi perang sejarah, dan memberikan kesempatan bagi penonton, terutama anak-anak, untuk mendapatkan pembelajaran dari apa yang mereka saksikan selama menonton film ini.

Kartini (2017)

Film “Kartini” adalah salah satu film berlatar belakang perjuangan kemerdekaan Indonesia yang sangat cocok menjadi suguhan menjelang peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia. Cerita ini mengisahkan kisah nyata perjuangan Kartini, seorang pahlawan wanita yang menjadi sosok yang paling populer di Indonesia.

Dalam film ini, penonton akan merasakan perjalanan emosional dari Kartini yang gigih melawan tradisi yang penuh akan kesakralan, bahkan harus berhadapan dengan penentangan dari keluarganya sendiri. Semua itu hanya untuk memperjuangkan kesetaraan hak bagi semua orang di Indonesia. Bersama kedua saudarinya, Roekmini dan Kardinah, Kartini bahkan berjuang keras untuk mendirikan sekolah demi kaum miskin.

Tak berhenti di situ, Kartini juga berusaha keras menciptakan lapangan kerja bagi rakyat di Jepara dan sekitarnya. Film ini menampilkan jajaran aktor dan aktris papan atas Indonesia, seperti Dian Sastrowardoyo, Reza Rahardian, Ayushita, Christine Hakim, dan Adinia Wirasti.

“Kartini” adalah kisah inspiratif tentang seorang wanita berani yang tidak gentar menghadapi tantangan dan berjuang demi cita-cita kesetaraan dan kemajuan bangsanya. Film ini mengajarkan nilai-nilai keberanian, ketabahan, dan semangat perjuangan yang dapat menginspirasi generasi muda Indonesia untuk menghargai dan menjaga nilai-nilai kemerdekaan. Dengan penuh antusiasme, penonton akan kenyang dengan suguhan perjalanan sejarah yang membawa makna mendalam tentang semangat perjuangan dan cinta tanah air.

Sultan Agung – Kehormatan, Perjuangan, dan Cinta (2018)

“Film Perjuangan Kemerdekaan” berjudul “Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, dan Cinta” yang rilis pada tahun 2018 merupakan sebuah film biografi yang mengisahkan tentang perjalanan hidup Raden Mas Rangsang, yang kemudian naik tahta menjadi Sultan Agung Hanyakrakusuma, raja baru di Kerajaan Mataram Islam. Cerita ini mengangkat perjuangan Sultan Agung dalam memimpin pasukannya melawan penjajahan Belanda di Batavia.

Di tengah perjuangan tersebut, terdapat permasalah karena perusahaan dagang Belanda, VOC, yang telah mengingkari perjanjian dagang dengan Kerajaan Mataram. Sultan Agung dan rakyatnya harus menghadapi berbagai tantangan yang tidaklah mudah dalam upaya mereka untuk melawan penindasan dan menjaga kehormatan serta kedaulatan Kerajaan Mataram.

Perburuan (2019)

Perburuan adalah film yang mengisahkan tentang masa Kemerdekaan Indonesia dan rilis pada tahun 2019. Sutradarai Richard Oh,mengadaptasi novel berjudul sama karya Pramoedya Ananta Toer.

Film Perburuan menampilkan Adipati Dolken, Ayushita, Ernest Samudra, Khiva Ishak, dan Michael Kho sebagai pemeran utamanya. Ceritanya berfokus pada pasukan Tentara Pembela Tanah Air (PETA) yang berjuang melawan penjajahan Jepang di Indonesia.

Shodancho PETA, Hardo (Adipati Dolken), harus bersembunyi di dalam hutan karena sedang perburuan oleh tentara Jepang. Di saat yang sama, menjelang kemerdekaan Indonesia, ia menemukan fakta tentang pengkhianatan oleh ayah tunangannya dan sahabatnya.

Bumi Manusia (2019)

Bumi Manusia merupakan adaptasi film dari buku berjudul sama karya Pramoedya Ananta Toer garapan Hanung Bramantyo. Cerita dalam film Bumi Manusia mengisahkan tentang kisah cinta yang tumbuh di tengah permasalahan sosial dan ketidakadilan yang melanda masa penjajahan Belanda.

Film ini mengangkat kisah cinta antara Minke dan Annelies, yang harus menghadapi banyak tantangan dan rintangan akibat kondisi sosial dan politik yang sulit di masa penjajahan. Kehidupan mereka penuh dengan perjuangan untuk mencari keadilan dan kebebasan dalam kondisi penuh tekanan dan ketidakadilan.

Pada tahun 2020, Bumi Manusia meraih kesuksesan dengan memenangkan beberapa penghargaan bergengsi di Festival Film Bandung. Film ini mendapatkan apresiasi dalam kategori Film Terpuji, Sutradara Terpuji, Pemeran Utama Pria Terpuji, dan Penulis Skenario Terpuji, yang menegaskan kualitas dan kehebatannya sebagai sebuah karya sinematik yang menginspirasi.

The East (2020)

“The East (2020)” adalah salah satu film yang mengisahkan tentang masa penjajahan Belanda di Indonesia. Yang menarik, film ini merupakan hasil produksi dari negara Belanda sendiri. Meskipun begitu, film ini turut melibatkan aktor dan aktris asal Indonesia, seperti Putri Ayudya, Lukman Sardi, Ence Bagus, dan Yayu A.W. Unru.

Kisah dalam film ini berpusat pada seorang tentara muda dari Belanda yang bertugas saat menekan perjuangan kemerdekaan Indonesia pasca Perang Dunia II. Dalam versi bahasa Belanda, film ini berjudul “De Oost” dan menggambarkan kekejaman penjajah Belanda pada masa pembantaian Westerling. Film ini menyoroti keberanian dan ketabahan para pahlawan Indonesia dalam melawan penindasan dan meraih kemerdekaan.

“Kadet 1947” (2021)

Salah satu film terbaru yang sangat direkomendasikan untuk menggambarkan perjuangan kemerdekaan adalah “Kadet 1947.” Film ini merupakan adaptasi dari kisah nyata dan bercerita tentang sekelompok kadet atau pelajar penerbangan dari Angkatan Udara Maguwo, yaitu Sigit (Bisma Kharisma), Mul (Kevin Julio), Har (Omara Esteghlal), dan Adji (Marthino Lio), yang memiliki tekad kuat untuk membantu tentara Indonesia dalam melawan invasi Belanda.

Kisah film berlatar belakang era setelah kemerdekaan Indonesia, di mana Belanda telah melakukan Agresi Militer I ke Jawa dan Sumatera setelah melanggar Perjanjian Linggarjati mengenai kemerdekaan Indonesia. Para kadet ini merasa terpanggil untuk turut serta dalam upaya mempertahankan kemerdekaan dan melawan invasi asing tersebut.

“Kadet 1947” menyoroti semangat patriotisme dari para kadet muda ini yang dengan penuh pengabdian dan semangat juang, berusaha mendukung perjuangan bangsa dalam mencapai kemerdekaan sepenuhnya. Film ini menggambarkan perjuangan mereka dalam menghadapi tantangan dan rintangan yang datang dalam upaya mereka untuk menyumbangkan apa yang terbaik bagi bangsa dan negara.

Dengan menghadirkan kisah nyata yang inspiratif, “Kadet 1947” menjadi film yang mampu memompa semangat nasionalisme dan cinta tanah air. Penonton kenyang suguhan adegan-adegan yang mendebarkan, emosional, dan penuh keberanian dari para kadet yang berani berjuang demi kebebasan dan kedaulatan bangsa.

Film ini memberikan apresiasi kepada para pahlawan muda yang rela mengorbankan diri demi perjuangan kemerdekaan, serta memberikan pesan penting tentang pentingnya memahami sejarah perjuangan bangsa untuk membangun dan memperkuat persatuan serta semangat kebangsaan.

“Kadet 1947” menjadi karya sinema yang mengingatkan generasi muda akan pentingnya menjaga dan meneruskan semangat perjuangan para pahlawan dalam mencapai kemerdekaan. Film ini tidak hanya menghibur, tetapi juga mengedukasi serta menginspirasi penonton untuk mencintai dan bangga menjadi bagian dari bangsa Indonesia yang merdeka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Oleh Penulis