Search

Semiotika Louis Hjelmslev: Pengembangan De Saussure

Semiotika Louis Hjelmslev
Sumber Gambar: pexels.com

Artikel ilmiah ini membahas tentang konsep semiotika Louis Hjelmslev dengan fokus pada teori dikotomi dan tiga jenis relasi dalam bahasa. Melalui pengembangan teori ini, Hjelmslev berhasil menyajikan pemahaman mendalam tentang struktur bahasa dan proses komunikasi yang terjadi di dalamnya. Artikel ini menjelaskan tentang konsep-konsep kunci yang Hjelmslev kemukakan, termasuk ekspresi dan konten, form dan substance, serta tiga jenis relasi dalam bahasa.

Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tanda dan proses komunikasi. Louis Hjelmslev, seorang ahli bahasa dan semiotika asal Denmark, memperkenalkan teori dikotomi yang merupakan ciri khas dari strukturalisme Ferdinand de Saussure. Dalam artikel ini, kita akan menggali lebih dalam tentang konsep-konsep utama dalam semiotika Hjelmslev, termasuk ekspresi dan konten, form dan substance, serta tiga jenis relasi dalam bahasa.

Teori Dikotomi Semiotika Louis Hjelmslev

Semiotika Louis Hjelmslev

Dalam teori dikotomi Hjelmslev, Louis Hjelmslev membagi bahasa menjadi dua bagian utama, yaitu ekspresi (expression) dan konten (content). Konsep ini menjadi ciri khas dalam pemikiran strukturalisme Ferdinand de Saussure, yang Hjelmslev populerkan dengan penjelasan yang lebih mendalam. Mari kita perjelas bagian teori dikotomi Hjelmslev ini.

Ekspresi (Expression)

Ekspresi merujuk pada aspek formal bahasa yang tampak, seperti bunyi, huruf, dan kata-kata. Ini adalah dimensi fisik dan konkret dari bahasa yang dapat diamati dan didokumentasikan. Misalnya, ketika kita berbicara tentang kata “mawar,” maka bentuk bunyi “mawar” adalah bagian dari ekspresi.

Konten (Content)

Konten mencakup makna atau isi dari bahasa tersebut. Ini adalah dimensi abstrak bahasa yang berhubungan dengan representasi konsep, ide, atau benda di dunia nyata. Dalam contoh kata “mawar,” kontennya adalah konsep tumbuhan berduri yang beraroma sedap dan terkadang berwarna merah, putih, kuning, dan lainnya.

Hubungan antara Ekspresi dan Konten

Salah satu kontribusi utama Hjelmslev adalah menjelaskan bagaimana ekspresi dan konten saling berhubungan dan membentuk bahasa yang berarti. Dalam teori dikotomi Louis Hjelmslev, ekspresi dan konten saling terkait dalam bentuk relasi form dan substance.

Dalam teori dikotomi Hjelmslev, dua konsep kunci yang sangat penting adalah form dan substance. Kedua konsep ini berperan dalam membentuk bahasa, baik dalam aspek ekspresi maupun konten. Mari kita perjelas pengertian form dan substance dalam teori dikotomi Louis Hjelmslev.

Form (Bentuk)

Form merujuk pada aspek fisik dan struktural bahasa yang tampak dan dapat diidentifikasi secara konkret. Dalam konteks ekspresi, form mengacu pada urutan bunyi, huruf, dan kata-kata yang membentuk kalimat atau ungkapan. Dalam konteks konten, form mencakup tata bahasa dari konsep dan ide dalam pikiran.

Contoh penggunaan form dalam kalimat adalah sebagai berikut:

Pertama, dalam ekspresi: Urutan bunyi dan kata-kata “Saya sedang belajar bahasa” merupakan form dari kalimat tersebut.

Kedua, dalam konten: Tata bahasa konsep tentang “belajar bahasa” adalah form dari konsep tersebut.

Ketiga, dalam bahasa tertulis, form dapat diamati dalam huruf-huruf yang disusun menjadi kata-kata dan kalimat. Sementara dalam bahasa lisan, form terdapat dalam bunyi-bunyi yang diucapkan untuk menyampaikan pesan atau informasi.

Substance (Zat)

Zat atau substance merujuk pada aspek abstrak bahasa yang membawa makna atau isi dari form. Substance memberikan makna pada form dan memberikan batasan pada bahan tanpa bentuk (amorphous matter) yang kemudian membentuk makna yang terdefinisi.

Contoh penggunaan substance dalam kalimat adalah sebagai berikut:

Dalam ekspresi: Substance dari kalimat “Saya sedang belajar bahasa” adalah makna yang terkandung dalam urutan bunyi dan kata-kata tersebut, yaitu pesan bahwa penutur sedang melakukan tindakan belajar bahasa.

Dalam konten: Substance dari konsep “belajar bahasa” merujuk pada arti dan konsep yang terkait dengan aktifitas memahami, menguasai, dan menggunakan bahasa tertentu.

Jadi, dalam konteks bahasa tertentu, form dapat menjadi sarana untuk menyampaikan substance, sehingga substance ini memberikan interpretasi yang tepat terhadap suatu form.

Hubungan antara Form dan Substance

Dalam teori dikotomi Louis Hjelmslev, form dan substance saling berhubungan dan bergantung satu sama lain. Substance memberikan arti pada form, dan form menjadi wadah yang menyampaikan substance. Tanpa substance, form akan menjadi kumpulan bunyi atau huruf yang tidak memiliki makna atau isi.

Contoh penggunaan hubungan form dan substance dalam kalimat adalah sebagai berikut:

Ketika seseorang mengucapkan “mawar,” form dari kata tersebut adalah urutan bunyi “ma-wa-r”. Substance dari kata tersebut adalah makna atau konsep tentang bunga berduri yang beraroma sedap dengan berbagai warna.

Dalam konteks ekspresi, form adalah bagaimana kata-kata atau bunyi-bunyi disusun untuk membentuk kalimat atau ungkapan. Substance adalah interpretasi atau makna dari ungkapan tersebut. Dalam konteks konten, form adalah bagaimana tata bahasa atau konsep disusun untuk membentuk gagasan atau ide. Substance adalah arti atau konsep yang diwakili oleh tata bahasa atau ide tersebut.

Form dan substance adalah konsep utama dalam teori dikotomi Louis Hjelmslev yang saling berhubungan dalam membentuk bahasa. Form merujuk pada aspek fisik dan struktural bahasa, sedangkan substance merujuk pada aspek abstrak yang membawa makna dan isi. Keduanya bekerja bersama untuk menyampaikan pesan dan memahami makna dalam bahasa, baik dalam konteks ekspresi maupun konten.

Oleh karena itu, penggunaan hubungan form dan substance memungkinkan bahasa untuk menjadi sarana efektif dalam menyampaikan komunikasi dan menjalin pemahaman di antara individu.

Contoh Aplikasi Teori Dikotomi Semiotika Louis Hjelmslev

Sebagai contoh, mari kita ambil kata “mawar”:

– Ekspresi (Expression): Urutan bunyi “ma-wa-r” membentuk kata “mawar”. Ini adalah aspek formal dan fisik dari kata tersebut.

– Konten (Content): Konten kata “mawar” merujuk pada konsep tumbuhan berduri yang beraroma sedap dan terkadang berwarna merah, putih, kuning, dan lainnya.

– Form dan Substance: Dalam ekspresi, form adalah urutan bunyi “ma-wa-r,” dan substance adalah makna yang diwakili oleh urutan bunyi tersebut. Dalam konten, form adalah tata bahasa konsep tentang tumbuhan berduri beraroma sedap dengan berbagai warna, dan substance adalah konsep tumbuhan berduri beraroma sedap dengan berbagai warna itu sendiri.

Teori dikotomi Louis Hjelmslev tentang ekspresi dan konten membantu kita memahami bagaimana bahasa bekerja dalam menyampaikan makna. Dengan membagi bahasa menjadi aspek formal dan isi abstrak, Hjelmslev telah memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang struktur bahasa dan bagaimana menggunakan bahasa untuk mengkomunikasikan ide dan konsep.

Konsep form dan substance menjelaskan bagaimana ekspresi dan konten saling berhubungan dan membentuk bahasa dengan batasan yang jelas, sehingga memungkinkan komunikasi yang efektif dalam berbagai konteks dan situasi.

Tiga Jenis Relasi Semiotika Louis Hjelmslev

Hjelmslev menyusun tiga jenis relasi atau hubungan dalam bahasa:

Relasi Solidaritas

Relasi ini terjadi ketika satuan-satuan sintagmatik mensyaratkan satu sama lain. Artinya, elemen-elemen dalam kalimat atau ungkapan saling berhubungan dan bergantung satu sama lain. Misalnya, dalam kalimat “Anak itu makan,” kata “anak” dan “makan” memiliki relasi solidaritas karena satu kata membutuhkan yang lain untuk menciptakan arti yang utuh.

Relasi Implikasi Sederhana

Relasi ini terjadi ketika salah satu satuan mensyaratkan yang lain, tetapi tidak sebaliknya. Contohnya adalah kata kerja transitif dalam bahasa Inggris, seperti “membaca.” Kata “membaca” mensyaratkan adanya objek, tetapi objek itu tidak mensyaratkan ada kata “membaca.” Sehingga, relasi ini bersifat satu arah.

Relasi Kombinasi

Ketiga, relasi kombinas terjadi ketika satuan-satuan tersebut tidak mensyaratkan satu sama lain. Relasi ini menciptakan batasan yang baku dan tetap dalam ranah langue (sistem bahasa), sekaligus menunjukkan adanya ruang kebebasan pada ranah parole (penggunaan bahasa dalam konteks komunikasi nyata). Contohnya adalah kombinasi kata-kata dalam sebuah kalimat yang bisa bervariasi tanpa mengubah makna secara signifikan.

Kesimpulan

Semiotika Louis Hjelmslev adalah kontribusi penting dalam memahami struktur bahasa dan proses komunikasi. Dengan teori dikotomi dan konsep-konsep lainnya, Hjelmslev memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana bahasa berfungsi dalam menyampaikan makna.

Akhirnya, konsep ekspresi dan konten, form dan substance, serta tiga jenis relasi dalam bahasa, semuanya membentuk kerangka yang kuat untuk memahami fenomena semiotik secara lebih komprehensif. Dengan memahami teori semiotika Hjelmslev, kita dapat lebih menghargai kompleksitas bahasa dan proses komunikasi yang terjadi di sekitar kita.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Oleh Penulis