Selokan Mataram Jogja, sebuah keajaiban arsitektur yang terletak di antara dua provinsi, Jawa Tengah dan Yogyakarta, adalah bukti hidup sejarah yang mengalir sepanjang waktu.
Menelusuri perjalanan selokan ini dari sumbernya hingga berakhir di tempat yang berbeda adalah seperti menjelajahi alur sejarah Jawa itu sendiri.
Jejak aliran irigasi dari Sungai Progo hingga Tempuran
Selokan Mataram Jogja, yang bermula di Sungai Progo di Bendungan Karang Talun, Desa Bligo, Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, dan berakhir di Tempuran, Sungai Opak, Randugunting, Kalasan, Sleman, Yogyakarta, adalah bukti betapa pentingnya sistem irigasi ini.
Bendungan Karang Talun yang menjulang setinggi 20 meter menjadi cikal bakal selokan ini. Terletak di perbatasan dua provinsi tersebut, menciptakan sebuah perpaduan yang menakjubkan.
Di sekitar bendungan ini, kita dapat menemui tangga berundak yang berguna sebagai fasilitas jalan inspeksi.
Selain Selokan Mataram Jogja, ada juga saluran Van der Wijck yang panjangnya mencapai 17 km. Banyak yang mengenalnya sebagai Selokan Mataram II karena memiliki sumber air yang sama, yaitu Sungai Progo.
Bendungan ini memiliki empat pintu air berwarna biru yang berfungsi untuk mengatur aliran air dari Sungai Progo.
Setiap pintu air memiliki bantaran yang memanjang sekitar 10 meter dan menyesuaikan dengan aliran Selokan Mataram yang berbelok kurang lebih 35 derajat. Salah satu bantaran bahkan memiliki kincir kecil yang berfungsi sebagai pembangkit listrik mikrohidro di dusun setempat.
Namun, yang membuat Selokan Mataram benar-benar unik adalah adanya terowongan air sepanjang 979 meter, yang berjarak sekitar 200 meter dari tepian Sungai Progo.
Aliran Selokan Mataram ini melintasi bawah permukaan tanah Desa Bligo, membentang dari Bligo Nggagan hingga Bligo Krajan.
Selanjutnya, Selokan ini memiliki pintu keluar air di Krajan, dan setelah itu, ia bersatu dengan banyu (air) dari saluran irigasi Van der Wijck sebelum akhirnya bergabung kembali dengan Sungai Progo di Bendungan Karang Talun.
Selokan Mataram membentang melintasi berbagai wilayah. Dari Kota Yogyakarta hingga Kabupaten Bantul, memberikan kehidupan bagi ribuan hektar persawahan di sepanjang alirannya.
Sejarah Tersirat di Aliran Selokan Mataram
Selokan Mataram Jogja tidak hanya merupakan infrastruktur penting, tetapi juga memiliki makna sejarah yang dalam. Ini adalah salah satu alasan mengapa selokan ini diangkat menjadi cagar budaya. Semua ini berawal dari peran Sultan Hamengkubuwono IX, yang menjadi Raja Keraton Yogyakarta pada 18 Maret 1940.
Pada tahun 1942, saat Jepang menduduki wilayah tersebut dan menjalankan program kerja paksa, Sultan Hamengkubuwono IX resah. Ia mengusulkan untuk memobilisasi ribuan rakyatnya untuk membangun Selokan Mataram.
Meskipun Selokan Mataram sudah ada sejak tahun 1588, bentuknya saat itu hanya sebatas parit pertahanan yang tidak memiliki aliran air.
Inspirasi Sultan Hamengkubuwono IX datang dari Sunan Kalijaga. Yang pernah menyatakan bahwa Yogyakarta akan menjadi subur dan rakyatnya sejahtera jika aliran Progo dan Opak bersatu.
Ramalan serupa juga pernah diucapkan oleh Raja Joyoboyo dari Kerajaan Kediri pada tahun 1135-1159. Yang mengatakan bahwa penyatuan dua sungai di tanah Mataram akan membawa kemakmuran bagi rakyatnya.
Melintasi Jejak Sejarah dan Kemakmuran: Eksplorasi Selokan Mataram Jogja
Kehadiran Selokan Mataram Jogja menjadi sangat penting untuk mengatasi masalah kekeringan di Yogyakarta pada saat itu.
Usulan Sultan Hamengkubuwono IX bukan hanya upaya untuk mencegah Jepang memaksa rakyatnya menjadi pekerja romusha, tetapi juga untuk meningkatkan kesuburan wilayah tersebut.
Konstruksi Selokan Mataram berlangsung pada tahun 1942-1944 dan Jepang menamainya sebagai Kanal Yoshihiro, mengambil nama dari jenderal perang terkenal, Shimazu Yoshihiro.
Dalam upaya menjaga Selokan Mataram ini, berbagai tantangan telah dihadapi, termasuk perubahan tata guna lahan dari pertanian menjadi permukiman dan industri, kerusakan jaringan saluran tersier, penurunan air tanah, peningkatan populasi, dan perubahan iklim.
Namun, Balai Besar Wilayah Sungai Serayu-Opak, yang sekarang bertanggung jawab atas Selokan Mataram, terus berupaya untuk mempertahankan warisan sejarah ini.
Selokan Mataram Jogja adalah bukti hidup betapa pentingnya sistem irigasi dalam menjaga kemakmuran sebuah wilayah.
Dengan konservasi yang tepat, ia akan terus mengalir sebagai peninggalan berharga yang menghubungkan masa lalu, sekarang, dan masa depan Yogyakarta.